Home » ensiklopedia » Pendidikan » Mengenang Siapa Itu KH. M. Hasyim Asy’ari

Mengenang Siapa Itu KH. M. Hasyim Asy’ari

Fandi Winata Maret 29, 2023

Pendidikan | Sejarah | Siapa yang tidak menenal KH. M. Hasyim Asy’ari. Lahir pada hari selasa kliwon, 14 Februari 1871 M/24 Dzulq’dah 1287 H di Gedang, sebuah dusun kecil yang terletak di utara kota Jombang, Jawa Timur. Ia merupakan putera ke 3 dari 11 bersaudara.

Nama Lengkap beliau adalah Muhammad Hasyim, Asy’ari merupakan nisbat dari nama ayahnya. Ayahnya, Kiai Asy’ari adalah seorang ulama asal Demak, Jawa Tengah, yang menikah dengan puteri Kiai Utsman, kiai tersebut merupakan gurunya di pesantren Jombang.

Keturunan Kerajaan Demak

KH. M. Hasyim Asy’ari adalah keturunan kedelapan dari penguasa kerajaan Islam Demak, Jaka Tingkir, Sultan Pajang pada tahun 1568, yang merupakan keturunan Brawijaya VI, penguasa kerajaan Majapahit pada seperempat pertama abad XVI di Jawa. Kakek Hasyim Asy’ari, Kiai Utsman (ayah dari ibunda Hasyim Asy’ari), adalah pengasuh pesantren Gedang di Jombang, Jawa Timur, dan juga seorang pemimpin tarekat pada akhir abad XIX.

Hasyim Asy’ari besar di lingkungan pesantren Gedang. Halimah ibunya, mengandungnya selama 14 bulan. Dalam pandangan masyarakat Jawa, masa kehamilan yang sangat panjang mengindikasikan kecemerlangan sang jabang bayi di masa depan.

Orang tuanya pun yakin akan isyarat ini, karena sang ibu di masa kehamilannya pernah bermimpi melihat bulan purnama jatuh dari langit dan menimpa tepat di atas perutnya.

Bakat kepemimpinan yang di miliki Hasyim Asy’ari pada masa kecil, yaitu setiap kali bermain dengan anak-anak sebaya di lingkungannya, dia selalu menjadi “penengah”. Kapan pun dia melihat temannya melanggar aturan permainan, dia akan selalu menegurnya. Dia selalu membuat teman-temannya merasa senang bermain dengannya, karena sifatnya yang suka menolong dan melindungi.

Sejak kecil Hasyim Asy’ari rajin bekerja. Darah oekerja keras tersebut (Rajin bekerja) di ajarkan sang kakek (Kiai Utsman) dengan menuntut beliau berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri tanpa bergantung dengan orang lain.

Itu sebabnya, dia selalu memanfaatkan waktu luangnya untuk belajar mencari nafkah dengan bertani dan berdagang, hasilnya untuk membeli kitab bekal menuntut ilmunya.

*Lanjut Baca Halaman Berikutnya >>>

Tinggalkan komentar

Artikel Terkait